MAKALAH
FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
TENTANG
HAKIKAT
MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
DISUSUN OLEH :
ADE PUTRA CANDRA UTAMA
DOSEN PEMBIMBING : BUSTANURDIN, MA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM-YAYASAN DAKWAH ISLAM
(STAI-YDI)
LUBUK SIKAPING
TAHUN AKADEMIK 2010/2011
KATA PENGANTAR
Segala puja
dan puji bagi Allah SWT, zat penguasa seluruh alam jagat raya. Teriring pula
salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Amin.
Sebagai wujud
ikhtiar untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan mahasiswa
di stai-ydi lubuk sikaping khususnya
jurusan PAI.Kami menyusun makalah ini berdasarkan fakta yang kami dapat
berbagai sumber-sumber baik media cetak dan elektronik dan literature-literatur
yang dijamin kebenarannya. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang ikut
membantu untuk terselesainya makalah ini. Kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca yang budiman sangat kami mengharapkan untuk
kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang. Demikian pentingnya mata
kuliah sejarah peradaban islam bagi mahasiswa pendidikan agama islam, maka
perlu diadakan makalah yang mampu merangsang kreativitas para mahasiswa.
Kami
mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing, dan juga kepada teman –teman
yang sudah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga kehadiran makalah
ini yang berjudul Pemikiran Ilmu Kalam tentang Iman dan Kufu dapat memberi
mamfaat bagi kita semua dalam menjalankan aktivitas belajar mengajar.
Lubuk sikaping, 16 oktober 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
PEMBAHSAN
A.
Manusia dan hakikat kejadian manusia
Manusia
merupakan makhluk yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi dengan
dengan akal fikiran. Ibn ‘Arabi melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan
bahwa , “tak ada makhluk allah yang lebih bagus dari manusia, yang memiliki
daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir,
dan memutuskan.
Islam
berpandangan bahwa hakikat manusia ialah manusia itu merupakan perkaitan antara
badan dan ruh. Badan dan ruh merupakan substansi yang berdiri sendiri, yang
tidak tergantung adanya oleh yang lain. Islam secara tegas mengatakan bahwa
kedua substansi dua-duanya adalah substansi alam. Sedangkan alam adalah makhluk
. maka keduanya adalah makhluk ciptaan allah swt. Dalam sebuah ayat al-quran
allah berfirman :
Artinya
:
Dan sesungguhnya kami ciptakan manuisa dari sari
tanah. Kemudian kami jadikan sari tanah itu air mani (terletak) dalam tempat
simpanan yang teguh (rahim). Kemudian dari air mani itu kami ciptakan segumpal
daging dan dari daging yang segumpal itu kami ciptakan tulang belulang.
Kemudian tulang belulang itu kami jadikan dia makhluk yang baru yaitu manusia
yang sempurna. Maka maha berkat (suci allah) pencipta yang paling baik. (Q.S :
Al-mukminun: 12-14).
Hakikat
kejadian manusia. Memikirkan dan membicarakan mengenai hakikat manusia inilah
yang menyebabkan orang tidak henti-hentinya mencari jawaban yan memuaskan
tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia yaitu “apa,dai mana, dan
kemana manusia itu”?
Ada
empat aliran berbicara tentang manusia itu, yaitu aliran serba zat,aliran serba ruh, aliran dualism (gabungan kedua
aliran yaitu aliran pertama dan aliran yang ke dua) dan aliran
eksistensialisme.
Aliran
serba zat. Aliran serba zat/materi itulah hakikat dari sesuatu. Alam ini adalah
zat/materi, dan manusia adalah unsure dari alam. Maka hakikat manusia adalah
zat/materi. Karna manusia makhluk materi, maka pertumbuhannya berproses dari
materi juga. Sebagai makhluk materi kita tentu membutuhkan makanan, dan sejauh
itu kita tidak mungkin bebas untuk tidak makan,begitu juga sebagai manusia kita
dipaksa untuk berfikir.jadi segala
keperluan manusia juga bersifat materi,membutuhkan kebahagiaan, kesnangan, dan
sebagainya dari materi itu.
Aliran
serba ruh. Segala sesuatu yang ada di dunia ini ialah ruh. Hakikat manusia juga
ruh, ruh tidak menempati ruang, sehingga tidak dapaty di sentuh dan dilihat
oleh panca indra. Seorang filsuf , Fichte berpendapat bahwa “segala sesuatu
yang lain (selain ruh) yang rupanya ada, hidup hanyalah suatu jenis,
perumpamaan, perubahan atau penjelasan dari pada ruh.
Aliran
dualism. Aliran dualisme mecoba menggabungkan menggabungkan antara aliran
materi dan zat. Aliran ini menganggap manusia ini terdiri dari da substansi
yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini tidak tergantung satu sama lainya.
(badan tidak berasal dari ruh dan sebaliknya). Dalam perwujudannya manusia itu tampil
dua yaitu jasad dan ruh, saling berintegrasi yang akhirnya disebut manusia.
Antara jasad dan ruh saling mempengaruhi.
Orang
belum merasa puas dengan pandangan-pandangan di atas, baik dari segi zat, ruh,
dan aliran dualisme. ahli-ahli filsafat modern terus memikirkan lebih lanjut
tentang hakikat, manusia mana yang merupakan eksistensi manusia atau wujud
manusia itu sesungguhnya, disebut kaum eksistensialis dan aliran
eksistensialisme. Mereka mencari inti hakekat manusia yaitu apa yang menguasai
manusia secara menyeluruh, aliran ini memandang dari segi eksistensi manusia
itu sendiri, yaitu cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini. Aliran ini
mengeluarkan 4 macam pandangan, yaitu:
1.
Pandangan
idealistis tentang badan manusia.
2.
Pandangan materialistis
tentang manusia.
Mengatakan bahwa
yang ada itu hanyalah badan. Manusia itu bersifat materi
3.
Badan merupakan
musuhdari roh.antara badan dan roh saling bertentangan
4.
Dan manusia
sebagai jasmani yang di”rohani”kan atau rohani yang di “jasmani”kan.dalam
pandangan ini antara badan dan roh menyatu dalam pribadi manusia.
B.
Tugas dan tujuan hidup manusia
Dalam Al Quran dinyatakan bahawa
Allah SWT menciptakan manusia bukan secara main-main (Q.S, Al
mu’minuun/23:115), melainkan dengan suatu tujuan dan fungsi. Secara global
tujuan dan fungsi penciptaan manusia itu dapat diklarifikasikan dua [1]yaitu
:
1.
Khalifah
Al Quran mengatakan bahwa manusia
diciptakan Allah sebagai pengemban amanat (Q.S, Ar ruum/3372).diantara amanat
itu adalah memakmurkan kehidupan di bumi (Q.S, Huud/11:16). Manusia diberi
kedudukan sebagai khalifah di muka bumi (Q.S, Al Baqarah/2:30). Menurut Ahmad
Musthafa Al maraghi, kata khalifah dalam suart Al baqarah ini memiliki dua
makna, pertama, pengganti, yaitu pengganti Allah SWT untuk
melaksanakan titah-Nya di muka bumi. Kedua, pemimpin yang memimpin diri
sendiri dan makhluk lainnya serta memakmurkan dan mendayagunakan alam semesta
bagi kepentinag manusia secara keseluruhan.[2]
2.
‘Abd (Pengabdi
Allah)
Konsep
‘abd mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah. Tugas ini
diwujudkan dalam bentuk pengabdian kepada Allah SWT (Q.S, Adz
Dzaariyaat/5111/56) dengan penuh keikhlasan. Secara luas, konsep ‘abd
sebenarnya meliputi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Islam
menggariskan bahwa seluruh aktivitas seorang hamba selama ia hidup di alam
semesta dinilai sebagai ibadah jika aktvitas itu ditujukan semata-mata hanya
untuk mencari ridha Allah SWT. Bekerja, belajar jika ditujukan hanya untuk mencari
ridha allah itu akan menjadi ibadah. Jadi semua aktivitas seorang hamba dalam
seluruh dimensi kehidupan adalah ibadah jika dilakukan hanya untuk mencari
ridha Allahaa semata.[3]
[1] Dr.H Samsul nizar,MA.filsafat pendidikan islam:pendekatan
historis,teoritis,praktis.ciputat,2005.hal 17.
[2] Dr.H
Samsul nizar,MA.filsafat pendidikan
islam:pendekatan historis,teoritis,praktis.ciputat,2005.hal 18
[3]
Dr.H Samsul nizar,MA.filsafat pendidikan
islam:pendekatan historis,teoritis,praktis.ciputat,2005.hal 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar